Selasa, 12 Juli 2011

Memulai CSR dari diri sendiri

Posted on December 7, 2009 - by
Budi Soehardi – CNN Heroes 2009 dan Inspirasi untuk CSR

Sungguh membanggakan melihat rekaman acara CNN Heroes 2009 yang diselenggarakan di Kodak Theatre akhir November lalu bertepatan dengan perayaan Thanksgiving di America. Budi Soehardi terpilih sebagai salah satu dari sepuluh penerima award.

IMHO, This is a HEADLINE material for our newspaper

IMHO, This is a HEADLINE material for our newspaper

Saya merinding saat melihat Budi Soehardi from Indonesia menerima award dari Kate Hudson (Aktris International yang juga aktif di Wild Aid), yang sebelumnya membacakan narasi tentang Budi Soehardi. Untuk yang belum melihat bisa klik ke http://www.youtube.com/watch?v=8piacipZ5wU

Lebih terharu lagi saat mendengar Budi menjelaskan, “Heroes sebenarnya adalah istri dan 3 anak saya, mereka mengorbankan liburan mereka selama ini, walau sebenarnya bisa travel dengan fasilitas first class yang saya dapatkan dari fasilitas jabatan sebagai pilot. Tapi mereka memilih budget liburan dipakai untuk membantu Roslin Oprhanage”. Betul juga ya, kalau keluarga Budi tidak setuju toh biasanya ayah tidak bisa memaksakan kehendak. Rumah yatim piatu ini bisa besar karena support dari semua anggota keluarga.

Berawal dari tahun 1999, saat mereka sekeluarga yang tinggal di Singapore menonton berita soal East Timor. Awalnya hanya ingin melakukan hal yang berbeda untuk liburan kali itu. Sebernarnya setelah kesana memberikan sumbangan, pakaian dan makanan mereka bisa saja pulang dan berkata “We’ve done enough in our capacity” Namun Budi sekeluarga akhirnya tergerak untuk membangun rumah yatim piatu bernama Roslin Orphanage.

Yang menarik disini mereka tidak menamakannya Soehardi Orphanage, tapi Roslin Orphanage yang diambil dari sepasang yatim piatu pertama yang mereka Bantu saat itu. Saya jadi ingat dengan Taman Baca dan Poligigi gratis di Batu, Jawa Timur yang juga dinamakan Amin bukan dengan nama pendirinya.

Sejak tahun 1999 itulah, budget liburan mereka selalu dipakai untuk rumah yatim piatu yang mereka miliki di East Timor hingga sekarang. Jadi mereka practically selalu liburan ke East Timor, walau punya privileged untuk travel around the world karena merupakan anak seorang Pilot di Singapore Airline.

Mungkin kita memang harus merasakan dulu nikmatnya berbuat baik dan akhirnya ketagihan. Saya sendiri pernah merasakan nikmatnya melihat buah kebaikan kita berhasil, walau masih sangat amat jauh kalau dibandingkan dengan apa yang dilakukan Budi Soehardi sekeluarga.

Picture 16

Dulu jaman saya fotografer, saya sering cetak foto di Rapico Melawai. Disana saya sering bertemu dengan seorang penjual Koran dan majalah bernama Nardi. Ada banyak penjual majalah yang berkeliaran di kawasan melawai, namun saya selalu beli dan sesekali memberi uang kepada Nardi. Kenapa? Karena Nardi selalu belajar sambil berjualan majalah dan Koran. Jadi pagi hingga siang Nardi sekolah, sore dan malam berjualan. Dia punya semanagt untuk maju yang luar biasa.
Sampai suatu ketika saya bekerja di Hard Rock Café dan melihat ada peluang untuk Nardi hanya kerja part time 4 jam di cleaning service namun bisa mendapatkan uang yang jauh lebih besar daripada menjual Koran dan majalah. Jadi selain mendapat uang yang lebih besar, Nardi punya waktu lebih banyak untuk belajar tentunya.

Setelah itu saya sudah lupa dengan kisah Nardi ini. Hingga beberapa bulan lalu, saya mendapat message di wall Facebook saya. “Halo ini Nardi tukang majalah yang dulu… senang sekali bisa menemukan Yoris di FB, sekarang saya sudah jadi arsitek… saya lulus S1”

Wow, perasaaan senang yang tiada taranya membaca seorang Nardi sudah lulus sarjana. Bayangkan seorang tukang penjual Koran dan majalah, bukan saja survive untuk hidup namun bisa menjadi seorang sarjana.

Feeling rewarding adalah sebuah perasaan yang tidak bisa dinilai dengan uang. Saya yakin setiap orang bisa menjadi Hero dengan kapasitas yang mereka miliki masing-masing. Lalu mungkin ada yang lantas berguman, “Yoris kan sudah sukses jadi bisa charity, Budi Soehardi kan Pilot sehingga bukan dana lebih untuk charity”. Namun saya tekankan disini, charity bukan berdasarkan berapa besar yang kita berikan, namun seberapa ikhlas kita lakukan.

Budi Soehardi sekeluarga hanya membantu 47 orang orphanage di East Timor, tidak ada apa-apanya dibanding apa yang dilakukan perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. Namun saya merinding dan terharu, karena mereka mengorbankan liburan mereka sekeluarga untuk kepentingan yatim piatu yang jumlah makin berkembang setiap tahunnya. Jadi lakukan sesuai kemampuan kita namun punya positive impact untuk penerimanya.

Malah saya mendapat inspirasi baru dari kisah Budi Soehardi, dibanding kebanyakan CSR yang saya tahu, kita terbiasa hanya memberikan charity kepada yang kurang mampu. Sementara apa yang dilakukan Roslin Orphanage adalah memberi rumah dan sawah untuk anak-anak ini. Hasil panen sawah digunakan untuk makan dan lebihnya bisa dijual untuk hasilnya nanti dipakai untuk kebutuhan yang lain.

Saya mengajak perusahaan-perusahaan untuk sedikit lebih kreatif dalam mengeluarkan budget CSR mereka. Dalam berbagai penjurian yang saya hadiri, banyak perusahaan yang memaparkan program CSR mereka, yang kalau dicermati lagi sifatnya baru sekedar charity. Harus bedakan charity dengan CSR, dan upayakan supaya kita memberi mereka ‘pancing’ instead of hanya memberikan ‘ikan’ karena dengan pancing dan ikan, lama-lama mereka bisa mandiri dan tidak memerlukan ‘ikan’ lagi dan kita bisa menolong orang lainnya lagi. Begitulah terus berkesinambungan seperti kisah Budi Soehardi…

(Sesuai dengan postingan Yoris Sebastian untuk www.kickandy.com)

Kalau ada yang ingin ikut membantu Pak Budi, please visit http://www.roslinorphanage.org

Artikel ini saya ambil dari http://yorissebastian.com/category/indonesia/, sebuah inspirasi untuk memulai melakukan kegiatan sosial yang berakar dari dalam diri sendiri , saya suka sekali artikel ini, "Setuju dengan pendapat Yoris Sebastian, kata kuncinya adalah ikhlas tanpa pamrih dalam memberikan sesuatu untuk membantu orang lain"

Sabtu, 25 Juni 2011

welcome to my blog..


Wuaaah sudah lama sekali diriku tidak menengok blog ini, setahun, dua tahun tidak terasa dan tiba-tiba jari-jari terasa gatal ingin menuangkan isi kepala...daaaaan let’s start baby... :0), so welcome to my blog ....

Minggu, 29 Maret 2009

SIMBIOSIS MUTUALISME & CSR


Seekor Kerbau dan Burung Jalak

Simbiosis mutualisme adalah satu rangkaian kata yang tentunya tidak asing untuk di mengerti. Dahulu kala saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) untuk memahami arti dua rangkaian kata tersebut diilustrasikan dengan gambar seekor kerbau dimana punggungnya di tunggangi oleh seekor burung jalak di tengah-tengah area persawahan. Sang burung jalak mencari kutu untuk kemudian dilahapnya, si kerbau terbebas dari kutu santapan lezat burung jalak. Dari sedikit penjelasan illustrasi tersebut terlihat suatu hubungan antara makluh hidup dengan jenis yang berbeda untuk saling menguntungkan satu sama lain. Hal ini tidaklah jauh berbeda bila dikaitkan dengan kehidupan kita sebagai manusia, lingkungan dan penghuni alam semesta lainnya. Manusia adalah makluh sosial, makluh yang memiliki logika, akal dan hati nurani. Makluh yang diberi kelebihan diatas dari makluh lainnya. Kelebihan untuk dapat manjadi baik atau bahkan sebaliknya.

Kita semua hidup saling membutuhkan dan bergantung satu dengan yang lainnya, baik secara individu maupun secara kelompok dalam suatu wadah yang disebut entitas atau komunitas dan tinggal bersama serta berinteraksi dalam suatu tempat yang diberi nama lingkungan atau habitat. Dengan demikian juga sama halnya jika dikaitkan dengan suatu korporasi, stakeholders dan lingkungannya. Korporasi akan saling bergantung dengan stakeholder dan lingkungan seperti suatu hubungan simbiosis mutualisme, hubungan yang dapat saling menguntungkan satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu keberlanjutan. Dalam mencapai suatu keberlanjutan tentunya dibutuhkan suatu proses yang dinamakan pembangunan berkelanjutan (Sustainability Develoment) didukung dengan sebuah alat bantu yang telah di bahas pada artikel sebelumnya yaitu dengan konsep Corporate Sosial Responsibility (CSR).

Penerapan konsep CSR sebaiknya dimulai dalam suatu komunitas yang terkecil dan diawali dari kesadaran individu (diri sendiri) untuk lebih concern dan aware terhadap masyarakat dan lingkungan. Antara lain yang dapat dilakukan adalah seperti, penghematan penggunaan air, energi listrik, menggunakan bahan yang dapat didaur ulang dan ramah lingkungan, menggunakan bahan bakar yang peduli dengan lingkungan (bioufel), membuang sampah pada tempatnya, menghijaukan perkarangan karena selain meneduhkan juga nantinya akan berfungsi sebagai alat bantu untuk peresapan air, mengurangi pencemaran udara dan juga turut membantu mengatasi global warming. Untuk suatu komunitas yang lebih besar seperti korporasi atau perusahaan tentunya alangkah baiknya jika CSR dilakukan secara suka rela dan dijadikan sebagai investasi jangka panjang untuk menunjang going concer perusahaan.

Tujuan utama perusahaan pada umumnya adalah mencari keuntungan. Tetapi perusahaan juga tidak dapat menikmati keuntungan secara terus menerus jika usianya tidak panjang (tidak berkelanjutan). Untuk menunjang keberlanjutan perusahaan maka perusahaan sebaiknya peduli terhadap stakeholder dan lingkungan. Maka penerapan CSR dapat dimulai dari lingkungan internal perusahaan, seperti memberikan gaji yang sesuai, memperhatikan keselamatan kerja karyawannya, tidak memperkerjakan anak-anak, menjadikan karyawan sebagai aset perusahaan, memperlakukan mereka dengan layak, memberikan kebijakan-kebijakan yang dapat membuat dan mendukung karyawan untuk tetap loyal dan peduli terhadap perusahaan dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan asri. Selain itu juga memberi kesadaran terhadap karyawan untuk turut andil (volunteer) dalam kegiatan pelaksanaan program CSR baik secara internal maupun eksternal perusahaan. Pelaksanaan CSR perusahaan secara eksternal dapat dilakukan antara lain dengan merekrut masyarakat sekitar perusahaan untuk dilatih dan bekerja di perusahaan itu sendiri, menjalin hubungan kemitraan antara perusahaan dengan UKM disekitar perusahaan yang dapat menunjang kegiatan operasional dan core business perusahaan, membuat produk yang ramah lingkungan, melakukan kegiatan operasional perusahaan dengan meningkatkan kepedulian dan perhatian terhadap masyarakat dan linkungan dan juga pastinya mematuhi peraturan yang sudah ditetapkan.

Konsep CSR jika dilakukan dengan benar dan baik dapat menciptakan suatu simbiosis mutualisme antara perusahaan, stakeholders dan lingkungannya, sehingga selain keuntungan yang didapat maka perusahaan dapat menjadi lebih sustainable. Insya Allah.

Jumat, 13 Maret 2009

CSR ? apa ya..?



Apa sih CSR ?


Apa sih CSR itu ? pertanyaan itulah yang kerap kali saya ajukan kepada teman-teman. Sebagian dari mereka sama halnya dengan saya, tidak mengetahui apa CSR itu ? tetapi sebagian lagi mengatakan CSR itu kepanjangannya Corporate Social Responsibility yang intinya perusahaan wajib mempunyai jiwa sosial terhadap lingkungan dan masyarakat terutama di sekitar perusahaan tersebut berdiri, ada juga yang mengatakan bahwa CSR itu adalah bagian dari strategi perusahaan untuk mendongkrak image perusahaan, bahkan ada yang mengatakan bahwa CSR itu adalah salah satu alat yang digunakan untuk memulihkan nama baik perusahaan dan masih banyak lagi jawaban-jawaban lainnya menurut versi mereka masing-masing.



Berdasarkan tinjauan pustaka, ada beberapa definisi CSR. Menurut :

· Bank Dunia mengatakan, Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, melalui kerja sama dengan karyawan dan perwakilan mereka, keluarga mereka, baik masyarakat setempat maupun umum, untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara-cara yang bermanfaat bagi kegiatan bisnis itu sendiri maupun pembangunan. Lebih jauh lagi Bank Dunia menguraikan CSR sebagai suatu konsep yang dilakukan secara suka rela dimana perusahaan mengintregasikan kepedulian sosial dan lingkungan ke dalam kegiatan bisnis dan ketika berinteraksi dengan stakeholders. ( Corporate Social Responsibility is The Commitment of business to contribute to sustainable economic development, working with employees and their representatives, their families, the local community and local society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development )

· The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) mengatakan CSR adalah komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat luas. (Corporate Social responsibility is continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workplace and their families as well as of the local community and society or larger. )

· Jones (1980), CSR adalah kewajiban perusahaan terhadap masyarakat atas hal-hal yang tidak diatur dalam hukum dan peraturan. Perusahaan harus menerima kewajiban ini secara sukarela dan kewajiban tersebut termasuk kepada karyawan, lonsumen, pemasok, komunitas dan pemangku kepentingan.

· Menurut Draft-3 ( ISO) 26000 mengatakan bahwa CSR adalah tanggung jawab organisasi atas dampak positif maupun negatif dari kegiatan maupun keputusan yang diambil organisasi tersebut terhadap masyarakat maupun lingkungannya.

Rangkuman dari beberapa definsi tersebut bahwa CSR adalah suatu komitmen bisnis yang dilakukan secara suka rela setelah pertama kali mematuhi hukum dan peraturan yang ada (beyond compliance to law) dengan cara bekerja sama dengan stakeholders (karyawan, konsumen, pemasok, komunitas dan pemangku kepentingan) untuk berkontribusi bagi pembangunan yang berkelanjutan.

Pembangunan Berkelanjutan ?

Diakhir kalimat pada pembahasan terdapat kata pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development). Apakah gerangan ?

Menurut Burtland Report ( WCED : 1987 ) mengatakan bahwa pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini dengan memberikan kesempatan yang sama bagi generasi yang akan datang dalam rangka memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhannya.

Menurut Dexter Dunphy et.al adalah ; bermacam kegiatan pengembangan ekonomi dan sosial yang melindungi dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan modal sosial. Selanjutnya beliau menekankan pentingnya peningkatan kualitas kesejahteraan manusia (human well-being), bukan semata berkonsentrasi pada pertumbuhan ekonomi.

Kesimpulan dari dua pendapat tersebut adalah pembangunan berkelanjutan ( Sustainable Development ) merupakan proses pengembangan yang terus menerus melalui tiga sektor yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan (Triple buttom line) untuk mencapai kesejahteraan saat ini dan yang akan datang.

Menurut Gregory C Unruh, Sustainability harus merupakan tujuan akhir perusahaan.

Berdasarkan landasan teori tersebut diatas, saya berkesimpulan bahwa supaya entitas bisnis dapat mempertahankan hidupnya (going concern) secara berkelanjutan (Sustainability) sebagai tujuan akhir perusahaan selain profit, haruslah dapat menyeimbangkan tiga aspek yaitu, ekonomi, sosial dan lingkungan. Proses yang digunakan adalah dengan Sustainable Development dan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai alat bantunya. Jadi, CSR merupakan bagian dari sustainable development untuk mencapai sustainability.



Daftar Pustaka

Tunggal, Amin Widjaja, Business Ethics dan Corporate Social Responsibility Konsep dan Kasus. Harvarindo,
2008

Hitchcock, Dercy, Marsha Willard, The Bussines Guide to Sustainability, Practical Strategies and Tools for Organozations, 2007

Radyati, Maria R. Nindita, Paper disampaikan pada acara Launching MM-CSR Universitas Trisakti, Le-Meridien Hotel, Jakarta, 12 Maret 2008